Monday, April 26

aku dan kopi dingin


Jakarta 18 April 2010

Di sebuah kedai kopi yang kalo kita mesen satu cangkir kopi bisa buat beli Nescafe sachetan 2 lusin, saya iseng masuk dengan modal nekat dan keberanian untuk membela bangsa dan tanah air (ok. Sangatttt lebay). Saya penasaran mau coba nongkrong di kedai ini (bukan… bukan numpang boker boss).

Saya berpikir gak ada salahnya kan sekali-kali mampir ke tempat beginian (bahasa apa ini?). Saya memesan sebuah “Frozen Cappucino” yang entah nama lainnya apa, yang jelas merupakan salah satu olahan kopi.
Mata saya berkeliling (maksudnya lirik kanan kiri) ke setiap sudut ruangan dan pengunjung. Satu per satu saya perhatikan di setiap meja pengunjung pasti ada notebook. OK. Kecuali saya.

Tiba-tiba…. Datang seekor nyamuk… hahahaha… bukan…
Tiba-tiba saya berpikir untuk mengamati lebih serius setiap pengunjung kedai kopi tersebut. Layaknya pegawai sensus mendata setiap penduduk yang ada di Ibukota, saya berlagak mencari tempat duduk setelah memesan menu. GAK NYAMBUNG !!! Padahal saya nguping setiap meja yang saya lewati, sambil sedikit ngintip celana dalam para pengunjung wanita, NGGAK DING ! becanda…

Lalu saya menarik kesimpulan bahwa pengunjung kedai kopi tersebut ada 4 jenis :

1. Anak ABG / remaja / anak-anak gaol getoh.
Pengunjung kalangan ini menurut saya mencoba menghabiskan uang jajan yang di berikan oleh orang tua. Karena, mereka dating ke sini Cuma buat bercanda-ria bareng temen-temen, atau mungkin membahas tugas sekolah/kuliah mereka. Sah-sah aja sih, what the f*ck they though lah. That’s their own life. I don’t care bout it.

2. Para Executive muda.
Kalo merhatiin mereka (ejaan apa pula ini?), saya merasa ada di kasta paling rendah kalo menurut ajaran hindu. Bagaimana nggak !? dari penampilan aja dah beda, boss. Yang mereka pesen aja menu andalan. Jelas mereka ke sini bukan buat ketawa-ketiwi melainkan urusan bisnis. Kayaknya sih ketemu klien gitu. Makin minder abissssss.

3. Bussinessman/woman.
Ini lah urutan kasta tertinggi di kedai ini. Kalo dari penampilan sih gak jauh beda sama saya, cuma nasib aja yang bikin beda, hahaha. Tapi, jangan diliat dari penampilan, coba liat apa yang di layer notebooknya. Jelas sekali situs yang dibuka ada salah satu situs FOREX TRADING. Yak, mereka ngopi sambil maen saham. Mereka bisa duduk berjam-jam dengan beberapa kali memesan menu. Mungkin ini yang di sebut menikmati hidup tapi uang gak berenti ngalir. Kaya kran air di mesjid Akbar Kemayoran. Mantab.

4. Ibu-ibu arisan.
Gak usah saya jelasin pasti udah tahu kan ?! mereka bikin suasana kedai ini makin rame, berisik, bekilau (karena perhiasan yang mereka pakai). Kalo bisnisman berjam-jam liat situs FOREX TRADING dan main saham, mereka berjam-jam melihat beberapa situs butik ternama yang mereka tahu. Sungguh cara menikmati hidup yang “MODERN”.

Sebenarnya ada 1 jenis lagi pengunjung yang datang ke kedai ini. Yaitu orang seperti SAYA. Datang ke sini belum tentu 1 tahun sekali. Kalo bawa notebook pun paling Cuma numpang pake WIFI gratis. Duduk berjam-jam Cuma maen game solitaire (notebooknya gak ada WIFI Cuma buat gaya doang). Dah gitu mesen cuma 1 kali, itu juga yang paling murah di daftar menu. Hahaha. Tapi inilah hidup saya. Toh saya masih bisa menikmati hidup dengan cara saya sendiri tentunya. Jadi, cari lah cara untuk menikmati hidup kalian masing-masing.

Thanks ya Alloh buat nikmat yang KAU berikan… hohoho…

Have a nice day, kawans !

Note: jangan duduk sebelahan sama meja ibu-ibu arisan, kecuali kalian betah dan bisa ikut ngegosip. Duduk di samping pak kusir yang sedang bekerja mengendarai kuda supaya baik jalannya aja… itung2 belajar jadi kasir… eh kusir… :P

No comments:

Post a Comment